LAPORAN PERCOBAAN 1, ANALISA KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT ORGANIK DAN PENENTUAN KELAS KELARUTAN
VII. Data pengamatan
7.1 Analisa unsur
7.1.1 Karbon dan
Hidrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Ditempatkan
1-2 gram serbuk CuO kering di atas pemanas bunsen
|
Warna
CuO hitam dan tidak terjadi endapan
|
2
|
Dicampurkan
dengan gula (1/10 jumlah CuO)
|
Gula
larut
|
3
|
Dialirkan
melalui pipa ke tabung yang berisi 10ml Ca(OH)2 lalu
dipanaskan
|
Terdapat
uap air dan gelembung gas pada tabung reaksi
|
7.1.2 Halogen
a. Tes
Beilsten
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan
kawat tembaga
|
warna
kawat menjadi kemerah-merahan
|
2
|
Di
dinginkan, ditetesi 2 tetes benzena, dipijarkan
|
Ada
bau gas dan warna merah pudar dan akhirnya kembali putih
|
b. Tes CaO
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan
sejumlah CaO sampai suhu tinggi
|
CaO
berbentuk gumpalan / padatan
|
2
|
Saat
masih panas, ditambahkan 2 tetes benzena
|
Tercium
bau gas menyengat dan terdapat uap air di pinggir bagian dalam tabung
|
3
|
Setelah
dingin, didihkan dengan 5ml air suling
|
Larutan
menjadi keruh
|
4
|
Dituangkan
ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dalam HNO3 encer
|
Muncul
gelembung dan larutan jernih
|
7.1.3 Metode leburan dengan Natrium
a. Belerang
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan
3ml larutan L (NaOH) dengan asam asetat
|
Warna
larutan bening
|
2
|
Di
didihkan, diperiksa dengan kertas saring basah yang telah ditetesi Pb-asetat
10%
|
Larutan
naik ke permukaan tabung mendekati kertas saring, terdapat
gelembung-gelembung seperti minyak
|
3
|
Larutan
L lainnya ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida
|
Larutan
berubah warna dari bening ke kuning pudar
|
b. Nitrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Larutan L (Amoniak)
|
Larutan L (Putih telur)
|
||
1
|
3
ml larutan L ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4
|
Terdapat
gumpalan cokelat kehitaman
|
Warna
kuning emas pudar
|
2
|
Ditambahkan
1 tetes larutan FeCl2
|
Di
tengah-tengah terdapat minyak kekuningan
|
Warna
kuning emas sedikit pekat
|
3
|
Ditambahkan
5 tetes larutan KF 10%
|
Gumpalan
menjadi buyar
|
Warna
kuning emas pekat
|
4
|
Ditambahkan
1-2 ml larutan NaOH 10%, lalu di didihkan
|
Gumpalan
berkumpul ke bawah (mengendap), saat di didihkan larutan menjadi putih susu
|
Warna
perlahan menjadi biru, saat dididihkan meletup-letup
|
5
|
Diasamkan
dengan asam sulfat encer
|
Larutan
berwarna biru berlin
|
Warna
menjadi biru Berlin, bagian permukaan warna kuning pudar
|
c. Halogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan
3ml larutan L dengan larutan HNO3 encer
|
Tidak
terjadi reaksi
|
2
|
Di
didihkan selama 1 menit
|
Terjadi
letupan-letupan
|
3
|
Ditambahkan
5 ml larutan AgNO3 encer,dilanjutkan pendidihan
|
Warna
abu-abu kecokelatan, saat di didihkan kembali timbul banyak endapan halus
|
7.2 Penentuan kelas
kelarutan
7.2.1 KelarutanGula
a. Kelarutan gula
dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut dalam air (+)
|
b. Kelarutan gula
dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, gula masih ada (+)
|
c. Kelarutan gula
dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
d. Kelarutan gula
dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Timbul
gelembung, gula larut (+)
|
e. Kelarutan gula
dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
f. Kelarutan gula
dalam H 2SO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
kuning pudar, saat dikocok gula menggumpal warna merah kehitaman, gula
tidak larut (-)
|
g. Kelarutan gula
dalam H3 PO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan H3 PO4 pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, butiran gula menyebar dilarutan (+)
|
7.2.2 KelarutanTepung
a.
Kelarutan tepung dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung tidak larut dalam air (-)
|
b. Kelarutan tepung
dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung masih ada (-)
|
c. Kelarutan tepung
dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung mengendap (-)
|
d. Kelarutan tepung
dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
keruh, saat dikocok timbul gelembung (+)
|
e. Kelarutan
tepung dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
sangat keruh (-)
|
2
|
Disaring,
dinetralkan dengan 30 tetes NaOH
|
Larutan
bening (-)
|
f. Kelarutan
tepung dalam H2SO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan H2PO4 pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, tidak panas, tidak berubah warna (-)
|
g. Kelarutan
tepung dalam H3 PO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan H3 PO4 pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, ada endapan (+)
|
7.2.3 Kelarutan
Minyak
a. Kelarutan
minyak dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak dan air tidak menyatu (+)
|
b. Kelarutan
minyak dalameter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak larut (+)
|
c. Kelarutan
minyak dalamNaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
keruh, minyak merapung (-)
|
d. Kelarutan
minyak dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
e. Kelarutan
minyak dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
f. Kelarutan
minyak dalam H2 SO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
g. Kelarutan
minyak dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, minyak merapung (-)
|
7.2.4 Kelarutan Putih
telur
a. Kelarutan putih
telur dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
keruh, berbusa (-)
|
b. Kelarutan
putih telur dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
c. Kelarutan
putih telur dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
jernih, ada busa di permukaan (+)
|
d. Kelarutan
putih telur dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
jernih, berbusa (+)
|
e. Kelarutan
putih telur dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
keruh, ada endapan (-)
|
f. Kelarutan
putih telu rdalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H2 SO4 pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, ada gumpalan diatas (-)
|
g. Kelarutan
putih telur dalam H3 PO4 pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H3 PO4 pekat, dikocok
|
Larutan
jernih (+)
|
VIII. VIII. Pembahasan
Senyawa
organik merupakan senyawa yang mengandung unsur C- H dan O. Dimana, apabila senyawa
organik ini dibakar, akan menghasilkan uap air (H2O) dan gas
karbondioksida ( CO2). Pembakaran senyawa organik secara sempurna
dapat menghasilkan gas CO2, sedangkan pembakaran senyawa karbon yang
tidak sempurna menghasilkan karbon atau zat lain. Untuk mengidentifikasinya adanya
unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon, maka dapat dilakukan dengan melakukan
percobaan pemanasan gula dan glukosa.
senyawa organik dapat diidentifikasi dengan menggunakan kandungan unsur yang penyusun dari senyawa organik tersebut, seperti C(karbon), H(hidrogen) dan O(oksigen). dengan kita mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa karbon, akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya dan dapat pula diprediksi sifat kelarutan dari suatu senyawa organik polar maupun nonpolar. perbedaan dari tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam pelarut juga memprediksi kecenderunagn senyawa tersebut untuk bereaksi dengan senyawa yang lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun senyawa organik dapat menginisiatif praktikan dalam mencampurkan zat-zat yang dapat bereaksi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi praktikan dan lingkungan disekitarnya http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik
senyawa organik dapat diidentifikasi dengan menggunakan kandungan unsur yang penyusun dari senyawa organik tersebut, seperti C(karbon), H(hidrogen) dan O(oksigen). dengan kita mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa karbon, akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya dan dapat pula diprediksi sifat kelarutan dari suatu senyawa organik polar maupun nonpolar. perbedaan dari tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam pelarut juga memprediksi kecenderunagn senyawa tersebut untuk bereaksi dengan senyawa yang lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun senyawa organik dapat menginisiatif praktikan dalam mencampurkan zat-zat yang dapat bereaksi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi praktikan dan lingkungan disekitarnya http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik
Analisis
kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan
persenyawaan atau campuran persenyawaaan didalam suatu sampel. Umumnya suatu
reaksi kimia merupakan suatu senyawa atau molekul lain. Pada percobaan ini
dilakukan beberapa percobaan yaitu sebagai berikut :
8.1
Analisa unsur
a. Karbon
dan hidrogen
Dalam percobaan ini,
kita timbang 1-2 gram tembaga oksida CuO, kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi dipanaskan 1 menit. Diambil 10 ml Ca(OH)2 dimasukkan kedalam
taung reaksi yang berbeda kemudian hubungkan kedua tabung dengan pipa setelah
itu dipanaskan kembali tanung reaksi berisi CuO. CuO menghasilkan warna hitam
tak tidak terlihat adanya reaksi. Kemudian dicampurkan dengan gula 1/10 jumlah
CuO menghasilkan gula larut kedalam CuO
dan kemudian dialirkan melalui pipa tabung yang berisi 10 ml Ca(OH)2
lalu dipanaskan, sehingga mendapatkan hasil pengamatan yaitu terdapat uap air
pada tabung dan gelembung gas pada tabung reaksi.
b. Halogen
·
Tes beilsten
Pada percobaan tes
beilsten, pertama kita potong kawat tembaga secukupnya dan dipanaskan dengan
api sampai terdapat warna kemerah-merahan, kemudain setelah dingin ditetesi
dengan 2 tetes benzena,kemudian dibakar kembali. Warna yang dihasilkan setelah
ditetsi benzena adalah merah terang.
·
Tes CaO
Pada percobaan ini
ditimbang 1 gram CaO dimasukkan kedalam cawan porselin kemudian diapanaskan,
didpatkan hasil yaitu CaO berbentuk
gumpalan hitam ( padatan). Nah, saat CaO
masih panas ditambahkan 2 teets benzena didapatkan hasilnya yaitu
tercium bau gas yang menyengat dan terdapat uap air dipinggir-pinggir bagian
dalam tabung. Setelah dingin, didihikan dengan 5 ml air suling larutan berubah
menjadi berwarna keruh. Dituangkan kedalam gelas kimia dan dilarutkan dalam HNO3
encer terdapat gelembung dan larutan berubah menjadi jernih kembali.
c. Metode
leburan dengan natrium
·
Belerang
Pada percobaan ini,
mula- mula 3 ml larutan L ( NaOH) diasamkan dengan asam asetat, terbentuk warna
larutan tetap bening. Kemudian didihkan, diperiksa dengan kertas saring basah
yang telah ditetesi Pb-asetat 10% didapatkan hasil yaitu larutan naik keatas
permukaan tabung mendekati kertas
saring, dan terdapat gelembung –gelembung seperti minyak. Setelah itu
larutan L(NaOH) yanglain ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroposida dan warna
larutan berubah menjadi warna dari bening kekuning pudar.
·
Nitrogen
Pada percobaan ini
yaitu percobaan nitrogen kami menggunakan larutan L (amoniak ) dan larutan L (
putih telur)
v Larutan
L (amoniak )
Pada larutan L amoniak
ditambahkan 3 ml larutan L amoniak dan ditembahkan 5 tetes larutan FeSO4,
hasil yang didapat yaitu terdapat gumpalan cokelat kehitam- hitaman.
Ditambahkan dengan 1
tetes larutan FeCl 3, terdapat ditengah-tengahnya terdapat minyak
berwarna kekuning-kuningan.
Ditambahkan 5 tetes
larutan KF 10 %, didapat hasil pengamatan gumpalan nya enjadi buyar.
Ditambahkan 1-2 ml larutan NaOH 10 % lalu didihkan, hasil pengamatan yang
didapat yaitu gumpalan berkumpul kembali namun mengendap kebawah dan saat
didihkan larutan berwarna menjadi putih susu. Diasamkan dengan asam sulfat
encer, hasil pengamatan yang didapaat yaitu larutan berwarna biru berlin.
v Larutan
L putih telur
Pada saat 3 ml larutan
L putih telur ditambahkan dengan 5 tetes larutan FeSO4, larutan
berwarna kuning emas. Ditambahkan dengan 1 tetes larutan FeCl3,
larutan berubah menjadi kuning emas sedikit pekat. Ditambahkan 5 tetes KF 10% ,
warna larutan menjadi kuning pekat. Ditambahkan 1-2 ml larutan NaOH 10% lalu
didihkan, warna larutan perlahan menjadi biru, saat dididihkan larutan
meletup-letup. Diasamkan dengan larutan
asam sulfat encer, larutan berubah menjadi warna biru berlin, bagian permukaan
berwarna kuning pudar.
·
Halogen
Pada percobaan halogen diasamkan
3 ml larutan L dengan larutan HNO3 encer, hasil pengamatan yang
didapat yaitu tidak terjadi reaksi. Dididihkan selama 1 menit, terjadi letupan
–letupan pada larutan. Ditambahkan 5 ml larutan AgNO3 encer dan
dilanjutkan pendidihan, hasil nya yaitu warna larutan menjadi abu-abu kecoklatan
, saat didihkan kembali timbul banyak endapan halus.
8.2 penentuan
kelas kelarutan
8.2.1
kelarutan
gula
a. kelarutan
gula dalam air
Dimasukkan 0,1 gram
gula, ditambahkan 3 ml pelarut benzena dan dikocok, hasil yang didapat yaitu
larutan jernih, gula larut dalam benzena (+).
b. Kelarutan
gula dalam eter( benzena )
Dimasukkan 0,1 gram
gula, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok, hasil yang didapat yaitu
lrutan jernih, dan gula masih ada (+).
c. Kelarutan
gula dalam NaOH 10%
Dimasukkan 0,1 gram
gula, sitambahkan 3 ml larutan NaOH 10% dikocok, hasil yang didapat yaitu larutan
jernih dan gula larut (+).
d. Kelarutan
gula dalam NaHCO3 5%
Dimasukkan 0,1 gram gula,
ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5% dikocok, hasil yang didapat yaitu
timbul gelembung dan gula larut (+).
e. Kelarutan
gula dalam HCI
Dimasukkan 0,1 gram
gula, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30% dikocok, hasil yang didapat yaitu
larutan jernih dan gula larut (+).
f. Kelarutan
gula dalam H2SO4 pekat
Dimasukkan 0,1 gram
gula, ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat, dikocok.
Hasil yang didapat yaitu larutan luning pudar, saat gula menggumpal warna
kehitaman, gula tidak larut (-).
g. Kelarutan
gula dalam H3PO4 pekat
Dimasukkan 0,1 gram
gula, ditambahkan 3 ml larutan H3PO4 pekat, dikocok. Hasil
yang didapat yaitu larutan jernih, butiran gula menyebar diseluruh larutan (+).
8.2.2 kelarutan tepung
a.
kelarutan tepung dalam air
Dimasukkan 0,1 gram
tepung, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok. Hasil yang didapat yaitu larutan
keruh, dan tepung tidak larut(-).
b.
Kelarutan tepung dalam eter (benzena)
Dimasukkan 0,1 gram
tepung, ditambahkan 3 ml benzena, dikocok. Hasil yang kami dapat yaitu larutan
keruh dan tepungmasih ada (-).
c.
Kelarutan tepung dalam NaOH 10%
Dimasukkan 0,1 gram
tepug, ditambahkan 3 ml pelarut NaOH 10%, dikocok. Hasil yang didapat yaitu larutan
keruh, dan tepung mengendap (-).
d.
Kelarutan tepung dalam NaHCO3
5%
Dimasukkan 0,1 gram
tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%, dikocok. Hasil yang kami dapat yaitu larutan
keruh, dan saat dikocok timbul gelembung(-).
e.
Kelarutan tepung dalam HCl
Dimasukkan 0,1 gram tepung,
ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok. Hasil yang kami dapat yaitu saangat
keruh(-). Dan setelah itu dilakukan penetralan dengan 30 tetes NaOH hasilnya
larutan berubah menjadi bening
f. Kelarutan
tepung dalam H2SO4 pekat
Dimasukkan 0,1 gram
tepung , ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat, dikocok.
Hasil yang didapat yaitu larutan keruh, tidak panas, dan tidak berubah warna
(-).
g. Kelarutan
tepung dalam H3PO4pekat
Dimasukkan 0,1 gram
tepung, ditambahkan 3 ml larutan H3PO4 pekat, dikocok.
Hasil yang kami dapat yaitu larutan jernih dan ada endapan (+).
8.2.3 kelarutan
minyak
a. kelarutan
minyak dalam air
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok. Hasil yang didapat yaitu larutan
jernih, minyak dan air tidak menyatu (+).
b. Kelarutan
minyak dalam eter (benzena)
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok. Hasil yang didapat yaitu
larutan jernih, minyak larut (+).
c. Kelarutan
minyak dalam NaOH 10 %
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 3 ml pelarut NaOH 10 %, dikocok. Hasil yang kami dapatkan
yaitu larutan keruh, minyak merapung (-).
d. Kelarutan
minyak dalam NaHCO3 5%
Dimasukkan 3tetes
minyak, ditambahkan pelarut NaHCO3, dikocok. Hasil yang kami
dapatkan yaitu larutan jernih, minyak merapung (+).
e. Kelarutan
minyak dalam HCl
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok. Hasil yang didapat yaitu
larutan jernih, minyak merapung (+).
f. Kelarutan
minyak dalam H2SO4 pekat
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 3 ml larutan H2 SO4 pekat, dikocok.
Hasil yang didapat yaitu larutan jernih, minyak merapung (+).
g. Kelarutan
minyak dalam H3PO4 pekat
Dimasukkan 3 tetes
minyak, ditambahkan 3 ml larutan H3PO4 pekat, dikocok.
Hasil yang didapat yaitu larutan keruh, minyak merapung (-).
8.2.4
kelarutan putih telur
a. kelarutan
putih telur dengan air
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml air sulig, dikocok. Hasil yang kami dapatkan
yaitu larutan keruh, berbusa (-).
b. Kelarutan
putih telur dalam eter (benzena)
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok. Hasil yang kami dapat
yaitu larutan jernih, merapung (+).
c. Kelarutan
putih telur dalam NaOH 10%
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok. Hasil yang kami dapat
yaitu larutan jernih, ada busa di permukaan (+).
d. Kelarutan
putih telur dalam NaHCO35%
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%, dikocok. Hasil yang
didapat yaitu larutan jernih, berbusa (+).
e. Kelarutan
putih telur dalam HCl
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 5 ml HCl 30%, dikocok. Hasil yangkami dapatkan yaitu
larutan keruh, dan ada endapan (-).
f. Kelarutan
putih telur dengan H2SO4 pekat
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat, dikocok. Hasil
yang kami dapatkan yaitu larutan keruh dan ada gumpalan diatas (-).
g. Kelarutan
putih telur dalam H3PO4 pekat
Dimasukkan 3 tetes
putih telur, ditambahkan 3 ml H3PO4 pekat, dikocok. Hasil
yang kami peroleh adalah larutan berwarna jernih(+).
IX.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a.
H2O dapat diidentifikasi
dengan menggunakan pengamatan organoleptik yaitu melihat adanya embun.
b.
CO2dapat diidentifikasi
dengan melewatkan pada Ca(OH)2 yang akan menunjukaan Ca(OH)2.
c.
Pada uji beilstein, larutan yang
mengandung halogen akan menghasilkan warna nyala biru berlin.
d.
Pada uji CaO, hasil akhir
reaksi adalah
Ca(NO3) 2 + HCl.
e.
Logam Na yang digunakan untuk penentuan
nitrogen, halogen dan sulfur karena kereaktifannya paling rendah dari pada
golongan IA lainnya.
f. larutan Lssaigne yang digunakan adalah larutan NaOH.
X. Pertanyaan
1. Mengapa pada percobaan karbon dan hidrogen diperlukan penyumbatan pada tabung reaksi ?
2. Mengapa pada percobaan halogen,tepatnya pada tes beilsten menggunakan kawat tembaga?
3. Mengapa pada percobaan kelas kelarutan pada air, kita menggunakan benzena?
XI. Daftar Pustaka
Gandjar. 2007. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Noviarty dan Yusuf Nampira. 2000. Penggunaaan Spekrofluorimeter Untuk Analisa Unsur Dalam Larutan. ISSN 0852-4777
Raplh. 2014. Kimia Dasar dan Kimia Inti. Jakarta: Erlangga
Syamsurizal. 2019. Analisa Kualitatif Senyawa Organik (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id) . Diakses pada tanggal 22 februari 2019. Pukul 20:00 WIB
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
X. Pertanyaan
1. Mengapa pada percobaan karbon dan hidrogen diperlukan penyumbatan pada tabung reaksi ?
2. Mengapa pada percobaan halogen,tepatnya pada tes beilsten menggunakan kawat tembaga?
3. Mengapa pada percobaan kelas kelarutan pada air, kita menggunakan benzena?
XI. Daftar Pustaka
Gandjar. 2007. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Noviarty dan Yusuf Nampira. 2000. Penggunaaan Spekrofluorimeter Untuk Analisa Unsur Dalam Larutan. ISSN 0852-4777
Raplh. 2014. Kimia Dasar dan Kimia Inti. Jakarta: Erlangga
Syamsurizal. 2019. Analisa Kualitatif Senyawa Organik (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id) . Diakses pada tanggal 22 februari 2019. Pukul 20:00 WIB
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
Saya Ditya Fajar Nursahfitri (A1C117061). Pertanyaan npmer 3 jawabannya adalah Karena benzena itu termasuk pelarut polar dan CCl4 juga termasuk polar juga sehingga dapat digantikan.
BalasHapusSaya Agnes Monika Situmorang (A1C117059), akan menjawab pertanyaan nomor 1. Karena penyumbatan dilakukan untuk mengalirkan gas hasil pembakaran CuO yang ada didalam tabung reaksi 1, kedalam tabung reaksi 2 yang berisi larutan Ca(OH)2. Sehingga didapatkan hasil pengamatan yaitu terdapat uap air dan gelembung gas pada tabung reaksi.
BalasHapussaya putri milenia akan menjawab pertanyaan no 2, karna pada saat pemanasan tembaga menghasilkan uap Cu-halida dan memberikan warna nyala yang diinginkan pada test beilstein
BalasHapus